PERMENDIKBUD NOMOR 6 TAHUN 2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH BOS

PERMENDIKBUD NOMOR 6 TAHUN 2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH BOS

Assalamualaikum WR WB

Selamat malam dan salam sejahtera.

Berikut adalah petunjuk teknis penggunaaan Dana BOS Tahun 2021. Silahkan disimak. Perbedannya ada pada faktor kemahalan dan jarak. Simak yukk...

SALINAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR   6  TAHUN 2021

 

TENTANG

 

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN

 

DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH REGULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

 

 

 

 

 

Menimbang    :  a.    bahwa  untuk  meningkatkan  mutu  pembelajaran  dan pemerataan      akses     layanan     Pendidikan,     perlu mengalokasikan    dan    menyalurkan    dana    bantuan operasional sekolah reguler;

b.    bahwa  untuk  mendukung  pengelolaan  dana  bantuan operasional sekolah reguler secara akuntabel dan tepat sasaran, perlu menyusun petunjuk teknis pengelolaan dana bantuan operasional sekolah reguler;

c.    bahwa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

 

Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Nomor  8  Tahun

2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler belum memenuhi kebutuhan hukum dalam pengelolaan dana bantuan operasional sekolah reguler, sehingga perlu diganti;


 

 

 

d.    bahwa     berdasarkan     pertimbangan     sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan                        Peraturan    Menteri    Pendidikan    dan Kebudayaan tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Reguler;

 

 

Mengingat      :  1.    Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

 

Indonesia Tahun 1945;

 

2.    Undang-Undang   Nomor   23   Tahun   2014   tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubaha terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan      Daerah   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

3.    Peraturan  Presiden  Nomor  82  Tahun  2019  tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 242);

4.    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45

 

Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1673) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 Tahun 2020 tentang   Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2020 Nomor 124);

 

 

 

MEMUTUSKAN:

 

Menetapkan   :  PERATURAN   MENTERI   PENDIDIKAN   DAN   KEBUDAYAAN TENTANG                     PETUNJUK    TEKNIS    PENGELOLAAN    DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH REGULER.


 

 

 

BAB I KETENTUAN UMUM

 

 

Pasal 1

 

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

 

1.    Dana  Bantuan  Operasional  Sekolah  yang  selanjutnya disebut Dana BOS adalah dana yang digunakan terutama untuk      mendanai  belanja  nonpersonalia  bagi  satuan pendidikan       dasar  dan  menengah  sebagai  pelaksana program wajib belajar dan dapat dimungkinkan untuk mendanai      beberapa   kegiatan   lain   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.    Dana BOS Reguler adalah Dana BOS yang dialokasikan

 

untuk membantu kebutuhan belanja operasional seluruh peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah.

3.    Sekolah  Dasar  yang  selanjutnya  disingkat  SD  adalah salah           satu  bentuk  satuan  pendidikan  formal  yang menyelenggarakan   pendidikan   umum   pada   jenjang pendidikan dasar.

4.    Sekolah  Dasar  Luar  Biasa  yang  selanjutnya disingkat SDLB adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus pada jenjang pendidikan dasar.

5.    Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.

6.    Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa yang selanjutnya disingkat                 SMPLB  adalah  salah  satu  bentuk  satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus pada jenjang pendidikan dasar.

7.    Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat SMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan                                 pendidikan   umum   pada   jenjang pendidikan menengah.


 

 

 

8.    Sekolah  Menengah  Atas  Luar  Biasa  yang  selanjutnya disingkat                 SMALB  adalah  salah  satu  bentuk  satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus pada jenjang pendidikan menengah.

9.    Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang           menyelenggarakan   pendidikan   kejuruan   pada jenjang           pendidikan   menengah   yang   mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu.

10.  Sekolah  Luar  Biasa  yang  selanjutnya  disingkat  SLB adalah               bentuk    satuan    pendidikan    khusus    yang terintegrasi pada jalur formal untuk jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah dalam satu manajemen pengelolaan.

11.  Sekolah Terintegrasi adalah salah satu bentuk satuan

 

pendidikan yang dilaksanakan antar jenjang pendidikan dalam satu lokasi dan memiliki satu organisasi serta satu manajemen.

12. Data Pokok Pendidikan yang selanjutnya disingkat Dapodik adalah suatu sistem pendataan yang dikelola oleh        Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan  yang memuat data satuan pendidikan, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, dan substansi pendidikan yang datanya bersumber dari satuan pendidikan yang terus menerus diperbaharui secara online.

13.  Daerah  Khusus  adalah  daerah  yang  terpencil  atau

 

terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain.

14.  Nomor Induk Siswa Nasional yang selanjutnya disingkat NISN adalah kode pengenal siswa yang bersifat unik dan membedakan    satu   siswa   dengan   siswa   lain   yang diterbitkan oleh  kementerian  yang  menyelnggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

15. Rekening Sekolah adalah rekening yang digunakan sekolah untuk menerima Dana BOS.


 

 

 

16.  Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan      potensi      diri      melalui      proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

17. Komite   Sekolah   adalah   lembaga   mandiri   yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

18.  Dinas adalah perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pendidikan di daerah.

19.  Pemerintah  Pusat  adalah  Presiden  Republik Indonesia yang           memegang    kekuasaan    pemerintahan    negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

20.  Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

 

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

21.  Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pendidikan.

22.  Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pendidikan.

 

 

Pasal 2

 

Pengelolaan   Dana   BOS   Reguler   dilakukan   berdasarkan prinsip:

a.     fleksibilitas yaitu penggunaan Dana BOS Reguler dikelola sesuai dengan kebutuhan sekolah;

b.    efektivitas    yaitu    penggunaan    Dana    BOS    Reguler diupayakan dapat memberikan hasil, pengaruh, dan daya guna untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah;

c.     efisiensi yaitu penggunaan Dana BOS Reguler diupayakan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dengan biaya seminimal mungkin dengan hasil yang optimal;

d.    akuntabilitas yaitu penggunaan Dana BOS Reguler dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan berdasarkan


 

 

 

pertimbangan  yang  logis  sesuai  peraturan  perundang- undangan; dan

e.     transparansi   yaitu   penggunaan   Dana   BOS   Reguler dikelola               secara  terbuka  dan  mengakomodir  aspirasi pemangku               kepentingan    sesuai    dengan    kebutuhan sekolah.

 

 

BAB II

 

PENERIMA DANA BOS REGULER

 

 

 

Pasal 3

 

(1)   Sekolah Penerima Dana BOS Reguler terdiri atas:

 

a.    SD;

 

b.    SDLB;

 

c.    SMP;

 

d.    SMPLB;

 

e.    SMA;

 

f.     SMALB; g.    SLB; dan h.    SMK.

(2)   Sekolah  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.     mengisi  dan  melakukan  pemutakhiran  Dapodik sesuai dengan kondisi riil di sekolah sampai dengan tanggal 31 Agustus;

b.    memiliki nomor pokok sekolah nasional yang terdata

 

pada Dapodik;

 

c.     memiliki izin untuk menyelenggarakan pendidikan bagi sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat yang terdata pada Dapodik;

d.    memiliki  jumlah  Peserta  Didik  paling  sedikit  60 (enam puluh) Peserta Didik selama 3 (tiga) tahun terakhir; dan

e.    tidak merupakan satuan pendidikan kerja sama.

 

(3)   Persyaratan jumlah Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dikecualikan bagi:


 

 

 

a.    Sekolah Terintegrasi, SDLB, SMPLB, SMALB, dan

 

SLB;

 

b.    sekolah   yang   berada   di   Daerah   Khusus   yang ditetapkan oleh Kementerian; dan

c.     sekolah   yang   diselenggarakan   oleh   Pemerintah Daerah yang berada pada wilayah dengan kondisi kepadatan   penduduk   yang   rendah   dan   secara geografis tidak dapat digabungkan dengan sekolah lain.

(4)   Sekolah yang dikecualikan dari persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c harus diusulkan oleh kepala Dinas kepada Menteri.

 

 

Pasal 4

 

(1)   Sekolah penerima Dana BOS Reguler yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ditetapkan oleh Menteri setiap tahun pelajaran.

(2)   Penetapan   sekolah   penerima   Dana   BOS   Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan data pada Dapodik setiap tanggal 31 Agustus.

 

 

BAB III

 

BESARAN ALOKASI DANA BOS REGULER

 

 

 

Pasal 5

 

(1)   Besaran alokasi Dana BOS Reguler dihitung berdasarkan besaran satuan biaya masing-masing daerah dikalikan dengan jumlah Peserta Didik.

(2)   Satuan   biaya   masing-masing   daerah   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

(3)   Jumlah Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan data jumlah Peserta Didik yang memiliki NISN.


 

 

 

Pasal 6

 

(1)   Data   jumlah   Peserta   Didik   yang   memiliki   NISN sebagaimana                        dimaksud   dalam   Pasal   5   ayat   (3) berdasarkan data pada Dapodik tanggal 31 Agustus.

(2)   Data Dapodik tanggal 31 Agustus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menentukan jumlah Peserta Didik dalam penyaluran Dana BOS Reguler pada: a.    tahap III tahun berjalan; dan

b.    tahap I dan tahap II tahun berikutnya.

 

 

 

Pasal 7

 

(1)   Bagi sekolah yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), besaran alokasi Dana BOS Reguler dihitung                berdasarkan  besaran  satuan  biaya  masing- masing daerah dikalikan 60 (enam puluh) Peserta Didik.

(2)   Besaran alokasi Dana BOS Reguler untuk SMP dan SMA

 

yang berbentuk sekolah terbuka dihitung berdasarkan:

 

a.    jumlah Peserta Didik yang memiliki NISN; dan b.    penghitungan disatukan dengan sekolah induk.

 

 

BAB IV

 

PENYALURAN DANA BOS REGULER

 

 

 

Pasal 8

 

(1)    Penyaluran Dana BOS Reguler dilakukan secara bertahap dengan ketentuan:

a.     penyaluran   tahap   I   dilakukan   setelah   sekolah menyampaikan   laporan   penggunaan  Dana   BOS Reguler tahap II tahun sebelumnya.

b.    penyaluran  tahap  II  dilakukan  setelah  sekolah menyampaikan   laporan   penggunaan  Dana   BOS Reguler tahap III tahun sebelumnya; dan

c.     penyaluran      tahap      III      dilakukan      sekolah menyampaikan penyampaian laporan tahap I tahun anggaran berjalan.

(2)    Penyaluran Dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan menteri


 

 

 

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang keuangan mengenai penyaluran dana alokasi khusus nonfisik.

 

 

Pasal 9

 

Sekolah dapat langsung menggunakan Dana BOS Reguler untuk membiayai penyelenggaraan operasional sekolah setelah Dana BOS Reguler disalurkan dan masuk ke Rekening Sekolah.

 

 

Pasal 10

 

(1)   Rekening  Sekolah  pada  sekolah  yang  diselenggarakan oleh masyarakat ditentukan oleh Kementerian.

(2)   Rekening  Sekolah  pada  sekolah  yang  diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

(3)   Pemerintah  Daerah  menyampaikan  Rekening  Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui sistem aplikasi pengelolaan Dana BOS pada Kementerian.

(4)   Dalam  hal  Pemerintah  Daerah  melakukan  perubahan Rekening                    Sekolah,     Pemerintah     Daerah     harus menyampaikan perubahan melalui sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5)   Penyampaian perubahan Rekening Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan  paling lambat 1 (satu)  bulan  sebelum  waktu  penyaluran  Dana  BOS Reguler.

 

 

Pasal 11

 

Menteri dapat memberikan rekomendasi untuk penundaan atau penghentian penyaluran Dana BOS Reguler bagi Pemerintah Daerah yang melanggar norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


 

 

 

BAB V

 

KOMPONEN PENGGUNAAN DANA BOS REGULER

 

 

 

Pasal 12

 

(1)   Sekolah   menggunakan   Dana   BOS   Reguler   untuk membiayai operasional penyelenggaraan pendidikan di sekolah meliputi komponen:

a.    penerimaan Peserta Didik baru;

 

b.    pengembangan perpustakaan;

 

c.     pelaksanaan       kegiatan       pembelajaran       dan ekstrakurikuler;

d.    pelaksanaan    kegiatan    asesmen    dan    evaluasi pembelajaran;

e.    pelaksanaan administrasi kegiatan sekolah;

 

f.     pengembangan      profesi      guru      dan      tenaga kependidikan;

g.    pembiayaan langganan daya dan jasa;

 

h.    pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah;

 

i.     penyediaan alat multimedia pembelajaran;

 

j.     penyelenggaraan  kegiatan  peningkatan  kompetensi keahlian;

k.    penyelenggaraan     kegiatan     dalam     mendukung keterserapan lulusan; dan/atau

l.     pembayaran honor.

 

(2)   Sekolah menentukan komponen penggunaan Dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebutuhan sekolah.

 

 

Pasal 13

 

(1)   Pembayaran honor sebagaimana dimaksud dalam Pasal

 

12 ayat (1) huruf l digunakan paling banyak 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan jumlah alokasi Dana BOS Reguler yang diterima oleh sekolah.

(2)   Pembayaran honor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

 

diberikan kepada guru dengan persyaratan: a.    berstatus bukan aparatur sipil negara; b.    tercatat pada Dapodik;


 

 

 

c.     memiliki    nomor    unik    pendidik    dan    tenaga kependidikan; dan

d.    belum mendapatkan tunjangan profesi guru.

 

(3)   Persentase pembayaran honor paling banyak 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan                       pada  masa  penetapan  status  bencana alam/non-alam yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.

(4)   Pembayaran honor sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

 

diberikan kepada guru dengan persyaratan: a.    berstatus bukan aparatur sipil negara; b.    tercatat pada Dapodik;

c.    belum mendapatkan tunjangan profesi; dan

 

d.    melaksanakan  proses  pembelajaran  secara  tatap muka atau pembelajaran jarak jauh.

 

 

Pasal 14

 

(1)   Dalam   hal   pembayaran   honor   guru   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (3) terdapat sisa dana, pembayaran honor dapat diberikan kepada tenaga kependidikan.

(2)   Tenaga   kependidikan   yang   dapat   diberikan   honor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.    berstatus bukan aparatur sipil negara; dan

 

b.    ditugaskan  oleh  kepala  sekolah  yang  dibuktikan dengan surat penugasan atau surat keputusan.

 

 

Pasal 15

 

Penggunaan Dana BOS Reguler untuk pengadaan barang dan/jasa dilaksanakan melalui mekanisme pengadaan barang dan/atau jasa di sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa oleh satuan pendidikan.


 

 

 

Pasal 16

 

(1)   Dalam hal terdapat sisa Dana BOS Reguler tahun anggaran sebelumnya, sekolah tetap dapat menggunakan sisa Dana BOS Reguler sesuai dengan petunjuk teknis BOS Reguler tahun anggaran berjalan.

(2)   Penggunaan   sisa   Dana   BOS   Reguler   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan telah    dicatatkan  dalam  rencana  kerja  dan  anggaran sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

 

 

Pasal 17

 

(1)   Dalam   hal   sekolah   yang   telah   ditetapkan   sebagai penerima Dana BOS Reguler dan telah disalurkan Dana BOS Reguler melalui Rekening sekolah:

a.    menolak menerima Dana BOS Reguler; atau b.    sekolah ditutup pada tahun berjalan,

sekolah  harus  melakukan  pengembalian  Dana  BOS Reguler tahun berjalan.

(2)   Pengembalian Dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud

 

pada   ayat   (1)   dilakukan   sesuai   dengan   ketentuan peraturan perundang-undangan.

 

 

BAB VI PENGELOLAAN DAN PELAPORAN PENGGUNAAN DANA BOS REGULER

 

 

Bagian Kesatu

 

Umum

 

 

 

Pasal 18

 

(1)   Pengelolaan  dan  pelaporan  penggunaan  Dana  BOS Reguler               dilakukan   oleh   sekolah   dan   Pemerintah Daerah.


 

 

 

(2)   Tata cara pengelolaan dan pelaporan Dana BOS Reguler oleh         sekolah   tercantum   dalam   Lampiran   I   yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

 

 

Bagian Kedua

 

Pengelolaan Dana BOS Reguler

 

 

 

Paragraf 1

 

Pengelolaan Dana BOS Reguler oleh Sekolah

 

 

Pasal 19

 

(1)   Dalam pengelolaan Dana BOS Reguler, kepala sekolah bertugas:

a.     membuat perencanaan atas penggunaan Dana BOS Reguler;

b.    mengisi  dan  melakukan  pemutakhiran  Dapodik sesuai dengan kondisi riil di sekolah sampai dengan batas waktu yang ditetapkan setiap tahun;

c.     menggunakan Dana BOS Reguler sesuai komponen penggunaan                       Dana   BOS   Reguler   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1); dan

d.    membuat laporan penggunaan Dana BOS Reguler.

 

(2)   Pelaksanaan    tugas    kepala    sekolah    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi dan divalidasi oleh kepala Dinas.

 

 

Pasal 20

 

(1)   Dalam pengelolaan Dana BOS Reguler kepala sekolah membentuk tim BOS Sekolah.

(2)   Tim BOS sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

 

terdiri atas:

 

a.    kepala sekolah sebagai penanggung jawab;

 

b.    bendahara sekolah; dan c.    anggota.


 

 

 

(3)   Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas:

a.    1 (satu) orang dari unsur guru;

 

b.    1 (satu) orang dari unsur Komite Sekolah; dan

 

c.     1 (satu) orang dari unsur orang tua/wali peserta didik di luar Komite Sekolah, yang dipilih oleh kepala sekolah dan Komite Sekolah dengan mempertimbangkan kredibilitas dan tidak memiliki konflik kepentingan.

 

 

Pasal 21

 

(1)   Dalam pengelolaan Dana BOS Reguler, tim BOS Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dilarang:

a.     melakukan transfer Dana BOS Reguler ke rekening pribadi              atau   lainnya   untuk   kepentingan   selain penggunaan              Dana    BOS    Reguler    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1);

b.    membungakan untuk kepentingan pribadi;

 

c.    meminjamkan kepada pihak lain;

 

d.    membeli perangkat lunak untuk pelaporan keuangan Dana BOS Reguler atau perangkat lunak lainnya yang sejenis;

e.     menyewa     aplikasi     pendataan     atau     aplikasi penerimaan peserta didik baru dalam jaringan;

f.     membiayai  kegiatan  yang  tidak  menjadi  prioritas sekolah;

g.    membiayai kegiatan dengan mekanisme iuran;

 

h.    membeli pakaian, seragam, atau sepatu bagi guru atau Peserta Didik untuk kepentingan pribadi yang bukan inventaris sekolah;

i.     memelihara   prasarana   sekolah   dengan   kategori kerusakan sedang dan berat;

j.     membangun gedung atau ruangan baru;

 

k.    membeli instrumen investasi;

 

l.     membiayai   kegiatan   untuk   mengikuti   pelatihan, sosialisasi, dan pendampingan terkait program Dana BOS Reguler atau program perpajakan BOS Reguler


 

 

 

yang   diselenggarakan   lembaga   di   luar   Dinas dan/atau Kementerian;

m.   membiayai kegiatan yang telah dibiayai secara penuh dari sumber dana Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau sumber lain yang sah;

n.    melakukan penyelewengan penggunaan Dana BOS Reguler untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu; dan/atau

o.     menjadi distributor atau pengecer pembelian buku kepada Peserta Didik di sekolah yang bersangkutan.

(2)   Tim BOS Sekolah yang melanggar ketentuan larangan

 

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

 

 

Paragraf 2

 

Pengelolaan Dana BOS Reguler oleh Pemerintah Daerah

 

 

Pasal 22

 

(1)   Dalam   pengelolaan   Dana   BOS   Reguler   di   provinsi, kabupaten/kota, kepala daerah membentuk tim BOS provinsi, kabupaten/kota sesuai kewenangannya.

(2)   Tim    BOS    provinsi,    kabupaten/kota    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a.    pengarah;

 

b.    penanggung jawab; dan c.    tim pelaksana.

(3)   Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dijabat oleh gubernur, bupati/walikota.

(4)   Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

 

huruf b terdiri atas:

 

a.     ketua yang dijabat oleh sekretaris daerah provinsi, kabupaten/kota; dan

b.    anggota yang dijabat oleh kepala Dinas dan kepala dinas/badan/biro lain yang terkait yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


 

 

 

pengelola         keuangan         daerah         provinsi, kabupaten/kota.

(5)   Tim pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dipimpin oleh sekretaris Dinas.

 

 

Pasal 23

 

Tugas tim BOS provinsi, kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

 

 

Pasal 24

 

(1)   Dalam pengelolaan Dana BOS Reguler, Tim BOS provinsi, kabupaten/kota dilarang:

a.     melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada sekolah;

b.    melakukan pemaksaan pembelian barang dan/atau jasa dalam pemanfaatan Dana BOS Reguler;

c.     memengaruhi   dan/atau   memerintahkan   sekolah untuk                 melakukan      pelanggaran      ketentuan penggunaan Dana BOS Reguler;

d.    menjadi  distributor  atau  pengecer  dalam  proses pembelian, pengadaan buku, atau barang melalui Dana BOS Reguler; dan/atau

e.    menghambat  proses  pencairan  dan  penggunaan

 

Dana BOS Reguler.

 

(2)   Tim   BOS   provinsi,   kabupaten/kota   yang   melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

 

 

Bagian Ketiga

 

Pelaporan

 

 

 

Pasal 25

 

(1)   Kepala sekolah menyampaikan perencanaan Dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)


 

 

 

huruf a dan laporan penggunaan Dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf d melalui sistem aplikasi pengelolaan Dana BOS pada Kementerian.

(2)   Dalam hal kepala sekolah tidak dapat menyampaikan perencanaan dan laporan penggunaan Dana BOS Reguler melalui sistem aplikasi pengelolaan Dana BOS pada Kementerian sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1), penyampaian dilakukan secara manual.

(3)   Penyampaian  laporan  penggunaan  Dana  BOS  Reguler sebagaimana                       dimaksud  pada  ayat  (1)  dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a.    penyampaian pelaporan tahap I paling lambat bulan

 

September tahun anggaran berjalan;

 

b.    penyampaian pelaporan tahap II paling lambat bulan

 

Desember tahun anggaran berjalan; dan

 

c.     penyampaian  pelaporan  tahap  III  paling  lambat bulan April tahun anggaran berikutnya.

 

 

BAB VII PEMBINAAN DAN MONITORING DAN EVALUASI

 

 

Pasal 26

 

(1)   Kepala  Dinas  melakukan  pembinaan  kepada  kepala sekolah                dalam    melaksanakan    tugas    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1).

(2)   Pembinaan    kepada    kepala    sekolah    sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan paling sedikit melalui:

a.    sosialisasi;

 

b.    edukasi;

 

c.    pelatihan; dan

 

d.    bimbingan teknis.


 

 

 

Pasal 27

 

Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota melakukan pemantauan dan evaluasi pengelolaan Dana BOS Reguler sesuai dengan kewenangannya.

 

 

BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN

 

 

Pasal 28

 

(1)   Biaya    operasional    sekolah    yang    diselenggarakan Pemerintah                     Daerah   yang   tidak   ditetapkan   sebagai penerima Dana BOS Reguler dan/atau tidak menerima Dana BOS Reguler menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

(2)   Biaya    operasional    sekolah    yang    diselenggarakan

 

masyarakat yang tidak ditetapkan sebagai penerima Dana BOS Reguler dan/atau tidak menerima Dana BOS Reguler, menjadi tanggung jawab badan hukum penyelenggara.

 

 

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

 

 

Pasal 29

 

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Pemerintah Daerah tetap dapat menggunakan Rekening Sekolah yang telah digunakan untuk penyaluran Dana BOS Reguler dan harus menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3) paling lambat 31 Desember 2021.

 

 

BAB X KETENTUAN PENUTUP

 

 

Pasal 30

 

Pada  saat  Peraturan  Menteri  ini  mulai  berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2020 tentang   Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor


 

 

 

99) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2020 tentang  Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 364), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

 

 

Pasal 31

 

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


 

 

 

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

 

 

 

 

Ditetapkan di Jakarta

 

pada tanggal  15 Februari 2021

 

 

 

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

 

 

TTD.

NADIEM ANWAR MAKARIM Diundangkan di Jakarta

 

pada tanggal 16 Februari 2021

 

 

 

DIREKTUR JENDERAL

 

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

 

 

TTD.

 

 

 

WIDODO EKATJAHJANA

 

 

 

 

 

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 147

 

 

 

Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ttd.

Dian Wahyuni

NIP 196210221988032001


SALINAN


 

 

LAMPIRAN I

 

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 6 TAHUN 2021

 

TENTANG

PETUNJUK  TEKNIS  PENGELOLAAN  DANA  BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH REGULER


 

 

 

TATA CARA PENGELOLAAN DAN PELAPORAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH REGULER OLEH SEKOLAH

 

 

A.    Tata Cara Pengelolaan

 

1.    Dana BOS Reguler dikelola oleh sekolah dengan menerapkan prinsip manajemen   berbasis  sekolah  yaitu,  kewenangan  sekolah  untuk melakukan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan program sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

2.    Perencanaan mengacu pada hasil evaluasi diri sekolah.

 

3.    Sekolah memiliki kewenangan untuk menentukan penggunaan Dana BOS Reguler sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan Dana BOS Reguler.

4.    Penggunaan    Dana    BOS    Reguler    hanya    untuk    kepentingan peningkatan   layanan   pendidikan   di   sekolah   sesuai   komponen penggunaan dana.

5.    Penggunaan Dana BOS Reguler harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara tim BOS Sekolah, guru, dan Komite Sekolah.

6.    Hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud pada angka 5 dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat dan ditandatangani oleh peserta rapat.

7.    Kesepakatan penggunaan Dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud pada angka 6 harus didasarkan pada skala prioritas kebutuhan sekolah yang berorientasi pada pengembangan program peningkatan kualitas belajar Peserta Didik.

8.    Pengelolaan Dana BOS Reguler pada sekolah yang berbentuk sekolah terbuka harus melibatkan pengelola dari sekolah terbuka tersebut dan


 

 

 

penanggung jawab tetap dijabat oleh kepala sekolah induk sesuai dengan jenjangnya.

9.    Tugas dan tanggung jawab tim BOS Sekolah sebagai berikut:

 

a.     mengisi dan memutakhirkan data sekolah secara lengkap dan valid ke dalam Dapodik sesuai dengan kondisi riil di sekolah;

b.     bertanggung jawab mutlak terhadap hasil isian data sekolah yang masuk dalam Dapodik;

c.     menyusun  RKAS  mengacu  pada  prinsip-prinsip  efektivitas, efisiensi, akuntabilitas, dan transparansi pengelolaan Dana BOS Reguler;

d.    melakukan input RKAS pada sistem yang telah disediakan oleh

 

Kementerian;

 

e.     memenuhi  ketentuan  efektivitas,  efisiensi,  akuntabilitas  dan transparansi dalam pengelolaan dan penggunaan Dana BOS Reguler;

f.      menyelenggarakan     pengadministrasian   pertanggungjawaban penggunaan Dana BOS Reguler secara lengkap, serta menyusun dan menyampaikan laporan penggunaan Dana BOS Reguler sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

g.    melakukan  konfirmasi  dana  sudah  diterima  melalui  laman

 

bos.kemdikbud.go.id;

 

h.    menyampaikan laporan realisasi penggunaan Dana BOS Reguler melalui laman bos.kemdikbud.go.id;

i.     bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan

 

Dana BOS Reguler yang diterima;

 

j.      bersedia  diaudit  oleh  lembaga  yang   memiliki  kewenangan melakukan audit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- perundangan terhadap seluruh Dana yang dikelola sekolah, baik yang berasal dari Dana BOS Reguler maupun dari sumber lain; dan

k.    memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

 

10.  Penggunaan Dana BOS Reguler dilakukan dengan rincian sebagai berikut.

a.    Pembiayaan penerimaan peserta didik baru meliputi:

 

1)     penggandaan  formulir  dan  publikasi  atau  pengumuman penerimaan                      peserta   didik   baru,   dan   biaya   layanan penerimaan peserta didik baru dalam jaringan;


 

 

 

2)    biaya kegiatan pengenalan lingkungan sekolah;

 

3)     penentuan peminatan bagi sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan tes bakat skolastik atau tes potensi akademik bagi sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat;

4)    pendataan ulang bagi Peserta Didik lama; dan/atau

 

5)     kegiatan lainnya dalam rangka penerimaan peserta didik baru yang relevan.

b.    Pembiayaan pengembangan perpustakaan digunakan untuk:

 

1)    penyediaan buku teks utama dengan ketentuan:

 

a)    disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan;

 

b)    memenuhi rasio 1 (satu) buku untuk setiap Peserta

 

Didik pada setiap tema/mata pelajaran;

 

c)     memenuhi kebutuhan buku untuk guru pada setiap tema/mata pelajaran yang diajarkan;

d)    buku yang dibeli merupakan buku yang telah dinilai dan ditetapkan oleh Kementerian;

e)     upaya penilaian buku untuk SMK dan SLB belum dapat memenuhi kebutuhan buku yang sudah dinilai untuk itu SMK dan SLB tidak perlu diwajibkan untuk membeli buku  teks    yang    dinilai    dan    ditetapkan    oleh Kementerian; dan

f)     buku yang dibeli oleh sekolah harus dijadikan pegangan dalam proses pembelajaran di sekolah.

2)    penyediaan buku teks pendamping dengan ketentuan:

 

a)    disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan;

 

b)    buku yang dibeli sekolah adalah buku yang telah dinilai dan ditetapkan oleh Kementerian; dan

c)     upaya penilaian buku untuk SMK dan SLB belum dapat memenuhi kebutuhan buku yang sudah dinilai untuk itu SMK dan SLB tidak perlu diwajibkan untuk membeli buku teks pendamping yang dinilai dan ditetapkan oleh Kementerian;

3)    penyediaan buku non teks dengan ketentuan:

 

a)     sekolah dapat membeli atau menyediakan buku untuk mendukung                        proses     pembelajaran     di     sekolah,


 

 

 

diutamakan untuk menunjang penguatan pendidikan karakter dan pengembangan literasi sekolah;

b)    buku yang dibeli sekolah adalah buku yang telah dinilai dan ditetapkan oleh Kementerian atau Pemerintah Daerah; dan

c)     upaya penilaian buku untuk SMK dan SLB belum dapat memenuhi kebutuhan buku yang sudah dinilai untuk itu SMK dan SLB tidak perlu diwajibkan untuk membeli buku  non  teks  yang  dinilai  dan  ditetapkan  oleh Kementerian;

4)    penyediaan buku digital; dan/atau

 

5)     pembiayaan  lain  yang  relevan  dalam  rangka  menunjang operasional layanan perpustakaan.

c.     Pembiayaan     pelaksanaan     kegiatan     pembelajaran     dan ekstrakurikuler digunakan untuk:

1)    kegiatan pembelajaran meliputi:

 

a)     penyediaan     alat     pendidikan     dan/atau     bahan pendukung pembelajaran;

b)    pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan dan persiapan ujian;

c)     biaya  untuk  mengembangkan  media  pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, misalnya, dan pengembangan buku elektronik;

d)    penyediaan   aplikasi   atau   perangkat   lunak   yang digunakan dalam proses pembelajaran;

e)    pengembangan kegiatan literasi, pendidikan karakter,

 

penumbuhan  budi  pekerti,  dan  kegiatan  program pelibatan keluarga di sekolah; dan/atau

f)     pembiayaan kegiatan pembelajaran lain yang relevan dalam rangka menunjang proses pembelajaran.

2)    kegiatan ekstrakurikuler pembelajaran meliputi:

 

a)     mendukung   penyelenggaraan   ekstrakurikuler   yang sesuai               dengan     kebutuhan     sekolah,     termasuk pembiayaan lomba di sekolah;

b)    pembiayaan dalam rangka mengikuti kegiatan/lomba di dalam negeri; dan/atau


 

 

 

c)     pembiayaan lain yang relevan dalam rangka menunjang operasional kegiatan ekstrakurikuler.

d.     Pembiayaan   pelaksanaan   kegiatan   asesmen   dan   evaluasi pembelajaran meliputi:

1)     pembiayaan   untuk   penyelenggaraan   ulangan   harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, survei karakter, asesmen sekolah, asesmen berbasis komputer dan/atau asesmen lainnya termasuk penyediaan laporan hasil ulangan/ujian/asesmen; dan/atau

2)     pembiayaan     lain     yang     relevan     untuk     kegiatan asesmen/evaluasi pembelajaran di sekolah.

e.     Pembiayaan    pelaksanaan    administrasi    kegiatan    sekolah digunakan untuk:

1)     pembiayaan dalam rangka pengelolaan dan operasional rutin sekolah baik dalam rangka pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh; dan/atau

2)     digunakan untuk pembelian cairan atau sabun   pembersih tangan,                  pembasmi     kuman (disinfectant), masker atau penunjang kebersihan lainnya.

f.      Pembiayaan     pengembangan     profesi     guru     dan     tenaga kependidikan meliputi:

1)     pembiayaan       dalam        rangka       mengikuti       atau menyelenggarakan          kegiatan          dalam          rangka pengembangan/peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan;

2)    pembiayaan  dalam  rangka  pengembangan  inovasi  terkait

 

pengembangan konten pembelajaran, metode pembelajaran, kompetensi guru dan tenaga kependidikan; dan/atau

3)     pembiayaan  lain  yang  relevan  dalam  rangka  menunjang pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan.

g.    Pembiayaan langganan daya dan jasa digunakan untuk:

 

1)     menyewa atau membeli genset atau panel surya, termasuk peralatan                   pendukungnya    sesuai    dengan    kebutuhan, termasuk biaya perawatan dan/atau perbaikan bagi sekolah yang belum ada jaringan listrik atau kondisi listrik tidak stabil;


 

 

 

2)     pembiayaan  langganan  daya  dan  jasa  dapat  digunakan untuk pembelian pulsa, paket data, dan/atau layanan pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan/atau peserta didik dalam rangka pelaksanaan pembelajaran jarak jauh; dan/atau

3)     pembiayaan dalam rangka pembayaran daya dan/atau jasa yang mendukung operasional sekolah meliputi, pemasangan baru, penambahan kapasitas, pembayaran langganan rutin, atau pembiayaan langganan daya dan jasa lain yang relevan.

h.    Pembiayaan   pemeliharaan   sarana   dan   prasarana   sekolah digunakan untuk pembiayaan dalam rangka pemeliharaan dan perbaikan kondisi rusak ringan pada sarana dan prasarana sekolah yang meliputi:

1)    perbaikan kerusakan komponen non struktural bangunan

 

sekolah dengan ketentuan penggantian kurang dari 30% (tiga puluh persen) dari komponen terpasang bangunan seperti:

a)    penutup atap;

 

b)    penutup plafond;

 

c)    kelistrikan;

 

d)    pintu, jendela dan aksesoris lainnya;

 

e)    pengecatan; dan/atau f)     penutup lantai;

2)     perbaikan meubelair, dan/atau pembelian meja dan/atau kursi Peserta Didik atau guru jika meja dan atau kursi yang ada sudah tidak berfungsi dan/atau jumlahnya kurang mencukupi kebutuhan;

3)     perbaikan toilet sekolah, tempat cuci tangan, saluran air kotor dan sanitasi lainnya;

4)    penyediaan   sumber   air   bersih   termasuk   pompa   dan

 

instalasinya bagi sekolah yang belum memiliki air bersih;

 

5)     pemeliharaan dan/atau perbaikan komputer, printer, laptop, proyektor, dan/atau pendingin ruangan;

6)    pemeliharaan dan/atau perbaikan peralatan praktikum;

 

7)    pemeliharaan taman dan fasilitas sekolah lainnya;

 

8)     penyediaan   dan   perawatan   fasilitas/aksesibilitas   bagi peserta didik berkebutuhan khusus; dan/atau


 

 

 

9)     pembiayaan lain yang relevan dalam rangka pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.

i.      Pembiayaan     penyediaan     alat     multimedia     pembelajaran merupakan pembiayaan dalam rangka penyediaan kebutuhan alat multimedia pembelajaran yang dilakukan berdasarkan pada hasil analisa kebutuhan.   Alat multimedia pembelajaran yang dapat disediakan meliputi:

1)     komputer desktop/work station berupa Personal Computer (PC)/All in One Computer untuk digunakan dalam proses pembelajaran;

2)    printer atau printer plus scanner;

 

3)    laptop;

 

4)    Liquid Crystal Display (LCD) proyektor; dan/atau

 

5)     alat   multimedia   pembelajaran   lainnya   dalam   rangka menunjang pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

j.      Pembiayaan penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi keahlian merupakan pembiayaan yang khusus dilakukan oleh SMK dan SMALB dalam rangka peningkatan kompetensi keahlian yang meliputi:

1)    biaya  untuk  penyelenggaraan  kegiatan  uji  kompetensi

 

keahlian,  sertifikasi  kejuruan  peserta  didik  SMK  atau

 

SMALB;

 

2)     biaya untuk penyelenggaraan kegiatan sertifikasi kompetensi peserta didik SMK atau SMALB;

3)     biaya  untuk  penyelenggaraan  kegiatan  uji  kompetensi kemampuan bahasa Inggris berstandar internasional dengan TOEIC (Test Of English For International Communication) yang diperuntukkan     bagi   kelas   akhir   SMK   atau   SMALB. Penyelenggaraan               TOEIC   hanya   dapat   dilakukan   oleh lembaga        yang   ditunjuk   secara   resmi   oleh   organisasi pengembang TOEIC sebagai distributor untuk TOEIC di Indonesia; dan/atau

4)    biaya untuk penyelenggaraan praktik kerja industri atau

 

lapangan bagi peserta didik SMK atau SMALB, termasuk perjalanan dinas pembimbing mencari tempat praktek, bimbingan, atau pemantauan peserta didik praktek;


 

 

 

5)     biaya untuk pemagangan guru di industri untuk masing- masing              kompetensi  keahlian  yang  dilaksanakan  dalam bentuk:

a)    mengikuti pelatihan kerja di industri;

 

b)    magang  di  industri  untuk  menghasilkan  uji  mutu produk              atau   jasa   dalam   merealisasi   kesepakatan teaching factory;

c)    magang di industri untuk menghasilkan bahan baku

 

teaching factory;

 

d)    mengikuti  magang  di  industri  dengan  tujuan  untuk kerjasama dalam rangka memperoleh lisensi;

e)     mengikuti   pelatihan   mendapatkan   sertifikasi   dari industri atau lembaga sertifikasi; dan/atau

f)     mengikuti  magang  kerja  untuk  menjalin  kerjasama dengan industri;

6)     biaya  untuk  penyelenggaraan  SMK  atau  SMALB  sebagai lembaga                 sertifikasi   profesi   pihak   pertama   termasuk didalamnya pendirian dan pengembangan ruang lingkup skema sertifikasi; dan/atau

7)     biaya  lain  yang  relevan  dalam  peningkatan  kompetensi keahlian; dan/atau

k.     Pembiayaan   penyelenggaraan   kegiatan   dalam   mendukung keterserapan                       lulusan  merupakan  pembiayaan  yang  khusus dilakukan oleh SMK dan SMALB untuk penyelenggaraan kegiatan yang dapat mendukung keterserapan lulusan yang meliputi:

1)     biaya untuk penyelenggaraan bursa kerja khusus SMK atau SMALB termasuk perjalanan dinas pengelola bursa kerja khusus SMK atau SMALB untuk pengembangan kerjasama, verifikasi, pendampingan ke industri, dan/atau evaluasi;

2)     biaya untuk pemantauan kebekerjaan lulusan (tracer study) SMK atau SMALB termasuk perjalanan dinas; dan/atau

3)     pembiayaan  lain  yang  relevan  dalam  rangka  menunjang penyelenggaraan     kegiatan    yang    dapat    mendukung keterserapan lulusan.


 

 

 

B.    Tata Cara Pelaporan

 

1.    Pelaporan SEKOLAH dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

 

a.    sekolah    harus    menyusun    pembukuan    secara    lengkap.

 

Pembukuan disertai dengan dokumen pendukung. Pembukuan yang harus disusun oleh sekolah sebagai berikut:

1)    RKAS;

 

2)    buku kas umum;

 

3)    buku pembantu kas;

 

4)    buku pembantu bank;

 

5)    buku pembantu pajak; dan

 

6)    dokumen lain yang diperlukan;

 

b.     sekolah  harus  menyusun  laporan  secara  lengkap  dengan ketentuan sebagai berikut:

1)     melakukan  rekapitulasi  realisasi  penggunaan  Dana BOS reguler yaitu melakukan rekapitulasi penggunaan Dana BOS Reguler berdasarkan standar pengembangan sekolah dan komponen pembiayaan Dana BOS Reguler;

2)     realisasi  penggunaan  dana  yang  dilaporkan  merupakan seluruh penggunaan Dana BOS Reguler yang diterima sekolah pada tahun berkenaan;

3)     laporan   dibuat   tiap   tahap   dan   ditandatangani   oleh Bendahara, kepala sekolah, dan Komite Sekolah serta disimpan di sekolah; dan

4)     sekolah  yang  diselenggarakan  oleh  Pemerintah  Daerah menyampaikan laporan realisasi penggunaan Dana BOS Reguler                kepada   Pemerintah   Daerah   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c.    sekolah    harus    memublikasikan    semua    pelaporan    baik

 

penerimaan dan penggunaan Dana BOS Reguler kepada masyarakat  secara  terbuka.  Dokumen  yang  harus dipublikasikan  yaitu  rekapitulasi  Dana  BOS  Reguler berdasarkan komponen pembiayaan. Publikasi laporan dilakukan pada papan informasi Sekolah atau tempat lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.


 

 

 

2.    Contoh format laporan rekapitulasi realisasi penggunaan Dana BOS Reguler di sekolah sebagai berikut.

 

 

Tabel I.

Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana BOS Reguler

Tahap … Tahun …

Sekolah         : Alamat : Kabupaten/Kota : Provinsi                  :

 

 

 

 

No

 

 

 

Program/Kegiatan

Komponen Penggunaan Dana

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

 

 

PPDB

 

Pembiayaan

 

 

dst.

 

 

dst.

 

 

dst.

 

 

Total

Pengembangan

Kegiatan

Perpustakaan

Pembelajaran dan

 

Ektrakurikuler

 

1.1

Pengembangan

 

 

 

 

 

 

 

Kompetensi Lulusan

 

 

 

 

 

 

 

 

1.2

Pengembangan Standar

 

 

 

 

 

 

 

isi

 

 

 

 

 

 

 

 

1.3

Pengembangan Standar

 

 

 

 

 

 

 

Proses

 

 

 

 

 

 

 

 

1.4

Pengembangan

 

 

 

 

 

 

 

Pendidik dan Tenaga

Kependidikan

 

 

 

 

 

 

 

 

1.5

Pengembangan Sarana

 

 

 

 

 

 

 

dan Prasarana Sekolah

 

 

 

 

 

 

 

 

1.6

Pengembangan Standar

 

 

 

 

 

 

 

Pengelolaan

 

 

 

 

 

 

 

 

1.7

Pengembangan Standar

 

 

 

 

 

 

 

Pembiayaan

 

 

 

 

 

 

 

 

1.8

Pengembangan dan

 

 

 

 

 

 

 

Implementasi Sistem

 

 

 

 

 

 

 

Penilaian

 

 

 

 

 

 

 

Total

 

 

 

 

 

 

 

Saldo Tahap Sebelumnya                :

Dana BOS Reguler Tahap ini           : Total Dana BOS Reguler Tahap ini  : Saldo Tahap ini                               :


Menyetujui

Kepala Sekolah

 

 

 

………………. NIP ……………


Pemegang Kas Sekolah

 

 

 

 

……………….. NIP …………...


 

 

 

3.    Pajak terkait penggunaan Dana BOS Reguler di sekolah mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pajak nasional dan pajak daerah.

 

 

 

 

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

 

 

TTD.

 

 


 

 

Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ttd.

Dian Wahyuni

NIP 196210221988032001


NADIEM ANWAR MAKARIM


SALINAN


 

 

LAMPIRAN II

 

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 6 TAHUN 2021

 

TENTANG

 

PETUNJUK  TEKNIS  PENGELOLAAN  DANA  BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH REGULER

 

 

TUGAS TIM BOS PROVINSI, KABUPATEN/KOTA


 

 

 

A.    Tugas dan tanggung jawab tim BOS provinsi sebagai berikut:

 

1)    mempersiapkan naskah perjanjian hibah antara Pemerintah Daerah provinsi dengan SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan;

2)    mempersiapkan naskah perjanjian hibah antara Pemerintah Daerah provinsi dengan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai ketentuan peraturan perundang-perundangan yang berlaku;

3)    melakukan  penandatanganan  naskah  perjanjian hibah  atas nama gubernur dengan kepala/pimpinan badan penyelenggara SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB yang diselenggarakan masyarakat atau dengan Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang mewakili SD dan SMP sesuai ketentuan peraturan perundang-perundangan yang berlaku;

4)    melatih,  membimbing  dan  mendorong  SMA,  SMK,  SDLB,  SMPLB,

 

SMALB, dan SLB untuk mengisi dan memperbaharui data sekolah dalam Dapodik;

5)    membantu SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB yang memiliki keterbatasan untuk melakukan pendataan secara mandiri;

6)    melakukan  koordinasi,  sosialisasi,  atau  pelatihan  program  BOS Reguler kepada Tim BOS kabupaten/kota atau SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB, dan dapat melibatkan pengawas sekolah, Komite Sekolah, dan masyarakat;

7)    melakukan pembinaan dan pemantauan program BOS Reguler pada SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB dalam perencanaan, pengelolaan  dan  pelaporan  Dana  BOS  Reguler.  Pembinaan  dalam


 

 

 

pengelolaan Dana BOS Reguler difokuskan pada aspek peningkatan kualitas belajar dan mengajar di sekolah;

8)    memastikan semua RKAS penerima BOS Reguler disahkan oleh kepala dinas yang menangani urusan pendidikan sesuai kewenangan;

9)    memastikan  semua  penggunaan  Dana  BOS  Reguler  di  sekolah dimasukkan dalam RKAS yang telah disahkan oleh kepala dinas yang menangani urusan pendidikan;

10)  memastikan SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB menyiapkan kelengkapan dan kebenaran isian data sekolah berdasarkan data batas akhir pengambilan data dan bertanggung jawab atas kebenaran isian data sekolah;

11) menugaskan SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB untuk membuat laporan sesuai dengan ketentuan;

12) menugaskan sekolah untuk melaporkan penggunaan Dana BOS Reguler dari sekolah melalui laman bos.kemdikbud.go.id;

13) memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat dengan menyediakan saluran informasi khusus BOS Reguler;

14)  memantau  pelaporan  pertanggungjawaban penggunaan  Dana BOS Reguler SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB baik secara luring maupun daring; dan

15)  melakukan monitoring pelaksanaan program BOS Reguler pada SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB.

B.    Tugas tim BOS kabupaten/kota sebagai berikut:

 

1)    melakukan   penandatangan    naskah   perjanjian   hibah   dengan

 

Pemerintah Daerah provinsi mewakili SD dan SMP;

 

2)    melatih,   membimbing   dan   mendorong   SD   dan   SMP   untuk memasukkan/memperbaharui data sekolah dalam Dapodik;

3)    membantu SD dan SMP yang memiliki keterbatasan untuk melakukan pendataan secara mandiri;

4)    melakukan  koordinasi,  sosialisasi,  atau  pelatihan  program  BOS

 

Reguler  kepada  pengelola  SD  dan  SMP,  dan  dapat  melibatkan pengawas sekolah, Komite Sekolah, dan masyarakat;

5)    melakukan pembinaan dan pemantauan program BOS Reguler pada SD dan SMP dalam hal perencanaan, pengelolaan dan pelaporan Dana BOS Reguler. Pembinaan dalam pengelolaan Dana BOS Reguler difokuskan pada aspek peningkatan kualitas belajar dan mengajar di sekolah;


 

 

 

6)    memastikan semua RKAS penerima BOS Reguler disahkan oleh kepala dinas yang menangani urusan pendidikan sesuai kewenangan;

7)    memastikan penggunaan Dana BOS Reguler dimasukkan dalam RKAS

 

yang disahkan oleh kepala dinas yang menangani urusan pendidikan;

 

8)    memerintahkan SD dan SMP untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran isian data sekolah berdasarkan data sebelum batas akhir pengambilan data;

9)    menugaskan SD dan SMP untuk membuat laporan sesuai dengan ketentuan;

10) menugaskan sekolah untuk melaporkan penggunaan Dana BOS Reguler dari sekolah melalui laman bos.kemdikbud.go.id;

11) memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat dengan menyediakan saluran informasi khusus BOS Reguler;

12)  memantau  pelaporan  pertanggungjawaban penggunaan  Dana BOS Reguler SD dan SMP baik secara luring maupun daring; dan

13)  melakukan monitoring pelaksanaan program BOS Reguler pada SD dan

 

SMP.

 

 

 

 

 

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

 

 

TTD.

 

 


 

 

Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ttd.

Dian Wahyuni

NIP 196210221988032001


NADIEM ANWAR MAKARIM


daftar daerah ssuai tingkat jarak dapat dilihat disini :




Untuk daftarnya daat dilihat disini :



Comments

Popular posts from this blog

PINSEN - ABSEN ONLINE GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TK, SD DAN SMP KAB. PINRANG

Cerita Pasca Pendidikan Guru Penggerak

LINK LINK PENTING DAN CEK SOAL DENGAN MUDAH